Eka Mira Sumber Group

Senin, 30 Mei 2022

Sejarah PT. Eka Mira Prima Sentosa dan PT. Selamat Sugeng Rahayu

Selamat datang para pecinta bus Indonesia, di post resmi profil terbaru EMSG (Eka Mira Sumber Group). EMSG adalah dynamic duo yang melayani AKAP penumpang dari Surabaya hingga Solo dan Yogyakarta.

Diawali dengan PT. Eka Mira Prima Sentosa. Awalnya berasal dari sebuah toko kain di Jl. Mojopahit No. 188, Mojokerto dengan nama toko FLORES yang dimiliki oleh Bp. Fendi Haryanto, baru pada sekitar tahun 1971 kemudian Bp. Fendi mendirikan perusahaan otobus dengan nama PO. Flores, sama dengan nama toko kainnya, sedangkan untuk trayek pertamanya adalah Jurusan Surabaya – Solo PP, untuk armadanya sendiri masih campuran antara Hino BT dan Mercedes-Benz OF series. Selain PO. Flores, Bp Fendi juga kemudian mendirikan PO. Surya Agung, yang melayani trayek AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi) Jurusan Malang – Surabaya – Ponorogo/Magetan, pada era tersebut PO. Surya Agung terkenal dengan imagenya sebagai bus mewah, karena selalu menggunakan chasis yang bertenaga dan body dari karoseri terbaik, demikian dengan pula dengan fasilitas AC-nya yang jarang dipunyai oleh PO lain, PO ini merupakan satu – satunya bus bumel yang sudah menggunakan bus AC, untuk armadanya sebagian besar menggunakan Mitsubishi BM.

Dan ternyata PO. Flores berhasil berkembang dengan pesat karena image-nya sebagai bis banter, apalagi memang karakter penumpang di jalur ini yang memang menyukai bus yang kencang, alhasil nama po flores pun semakin moncer, namun disisi lain armada PO. Flores juga kadang dicap ugal -ugalan saking banternya, Meskipun sebenarnya tidak semua armada PO. Flores ugal-ugalan karena beberapa armadanya masih menggunakan mesin keluaran lama.

10 tahun kemudian, berdirilah PO. Sumber Kencono (sekarang PT. Selamat Sugeng Rahayu) dengan Bp. Setyaki Sasongko sebagai pendiri bus di Sidoarjo. Pada masa itu, Sumber Kencono beroperasi dengan hanya berbekal 6 unit bus Mercedes-Benz seri OF. Rute awal bus ini adalah Surabaya–Yogyakarta dengan kelas Ekonomi. 

Ciri khas kedua PO dynamic duo Jogja-Surabaya ini adalah akseori tambahan yang dipasang di tengah bagian atap depan pada bus, lampu bundar untuk PT. Eka Mira Prima Sentosa dan taksi untuk PT. Selamat Sugeng Rahayu.

Di saat puncak kejayaan Flores inilah terjadi tragedi besar yang menjadi klimaks dark PO. Flores. Bis yang dikemudikan Bp Marwan berisi rombongan pelajar SMP Wijana Jombang yang melakukan study tour (karya wisata) ditabrak Kereta Api yang melintas yang merenggut banyak korban pun tak bisa dihindarkan. Imbas dari kecelakaan ini membuat PO. Flores terancam sanksi pencabutan trayek AKAP oleh DLLAJR Pusat (sekarang Kemenhub), sehingga hanya bisa beroperasi dari Surabaya – Mantingan saja, akhirnya banyak penumpang yang memilih saingan supaya tidak perlu oper-oper lagi. Akibatnya, PO. Flores menjadi terpuruk dan lama-kelamaan bakal kolaps. Sementara PO. Surya Agung, PO. Sumber Kencono dan PO lainnya tidak mengalami kendala sedikitpun dalam pengoperasiannya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, manajemen kemudian menyiapkan PO. EKA dan PO. MIRA untuk menggantikan Flores melayani rute Surabaya – Solo PP. Nama EKA dan MIRA sendiri diambil dari nama-nama anak dari Bp. Fendi Haryanto.

Agar tidak terjadi tumpang tindih EKA dan MIRA juga dipisahkan baik secara manajemen dan juga jam keberangkatannya. EKA biasanya diberangkatkan dari Surabaya pada pagi sampai petang hari, sedangkan armada MIRA diberangkatkan sebaliknya (petang sampai pagi hari) dari Surabaya. Sedangkan PO Flores akhirnya difokuskan melayani Rute AKDP Surabaya – Ponorogo PP. berdampingan dengan PO Surya Agung yang tetap melayani rute Malang – Surabaya – Madiun – Ponorogo/Magetan PP.

Seperti halnya Po Flores, EKA-MIRA mengalami perkembangan yang menggembirakan karena respons positif dari konsumen. Bahkan seiring berjalannya waktu EKA-MIRA tumbuh menjadi PO yang besar dan keberadaannya patut diperhitungkan di jalur ini.

Pada tahun 1990, EKA membuat terobosan dengan meluncurkan 1 buah armada ber-livery biru yang melayani rute Surabaya – Madiun – Solo – Jogja PP menggunakan mesin Nissan Diesel CB dengan karoseri Malindo yang pada waktu itu sedang jadi tren (seperti adiputro sekarang). Namun itu tidak bertahan lama karena dalam waktu beberapa bulan bis yang dikemudikan Bp. Darno ini mengalami kecelakaan hebat yaitu menabrak truk bermuatan elpiji. Kejadian itu menewaskan sang pengemudi dari menghanguskan bis tersebut. Hal tersebut tidak menyurutkan langkah PO EKA-MIRA untuk tetap melanjutkan ekspansinya ke rute Surabaya – Madiun – Solo – Jogja PP.

Sekitar tahun 1992 kemudian semua armada EKA-MIRA telah melayani rute tersebut, dan mengganti warna dasar armada-armadanya yang tadinya putih menjadi abu-abu berikut dengan livery-nya. 

Untuk meremajakan armadanya, manajemen menjual seluruh armada PO Flores dan PO Surya Agung sebanyak 52 unit yang seluruhnya bermesin Mitsubishi BM dijual ke PO AKAS II beserta trayek, kru dan teknisinya, karena kedua PO tersebut dirasa tidak lagi memberikan kontribusi maksimal.

Manajemen juga kemudian meluncurkan ITA yang melayani trayek AKDP Surabaya – Madiun – Ponorogo PP. Nama ITA sendiri diambil dari nama anak pemilik MIRA.

Setelah sekian lama setia menggunakan Nissan Diesel CB, pada tahun 1993 manajemen memborong 25 unit sasis panjang Hino AK 176 LA dan 2 unit sasis pendek Hino AK 174 LA. Sasis-sasis tersebut disiapkan untuk armada-armada ber-AC. EKA dan MIRA maing-masing mendapatkan bagian 10 unit armada ATB (AC Tarip Biasa), sedangkan ITA mendapatkan bagian 2 unit. Sisanya 5 unit chasis disiapkan untuk menjadi armada PATAS (sebelum menjadi CEPAT). Dari armada-armada inilah cikal bakal EKA CEPAT berasal sebagai upaya penjajakan merambah ke segmen kelas non Ekonomi.

Armada EKA CEPAT berkembang menjadi pilihan di jalurnya seiring dengan mulai digantikannya armada-armada Hino AK 176 dengan armada-armada bermesin belakang yang lebih bertenaga seperti Nissan Diesel RB dan Hino RK2HR. Perlahan-lahan EKA CEPAT mulai mampu menyisihkan pesaing-pesaingnya, dan menjadi pilihan utama sekaligus pemain tunggal di jalurnya. Demikian juga dengan armada bumelnya (EKA-MIRA), Sumber Kencono juga meremajakan armada-armada lama dengan armada keluaran terbaru seperti Nissan Diesel CB dan Hino AK3HR. 

Terbukti dengan peremajaan yang teratur dan pelayanan terhadap konsumen yang prima membuat kedua PO ini tetap bertahan di tengah persaingan jalur Surabaya – Madiun – Solo – Jogja yang semakin keras. Akibatnya, banyak PO lain yang kalah dalam persaingan seperti Tunggal Jaya, Jaya Raya, Maju Mapan, Trigaya, Jaya Utama, Mapan dll.

Namun tren positif tak berlaku pada ITA, karena pamornya yang kalah mengkilap dengan para kompetitornya. ITA akhirnya angkat koper peta persaingan jalur Surabaya-Ponorogo pada akhir dekade 90-an. Armada-armadanya yang sebagian besar bermesin Nissan Diesel CB banyak dibeli oleh PO Pangeran dan PO Restu.

Sementara itu mulai tahun 1999, PO. Sumber Kencono mulai berfokus pada pembelian satu karoseri dan satu mesin saja, yaitu karoseri Laksana dan sasis Hino AK. Berkat kepuasan para penumpang pada masa pemerintahan SBY, PO. Sumber Kencono meraih penghargaan dari Kemenhub sebagai PO dengan pelayanan terbaik selama penyelenggaraan angkutan mudik lebaran pada tahun 2005, 2007 dan 2008.

Sekitar tahun 2007 armada bumel EKA dihapus untuk memfokuskan diri pada armada CEPAT, sedangkan armada eks bumel EKA digabungkan ke MIRA. Hal ini semakin mempermudah konsumen PO ini untuk membedakan antara armada Eksekutif/CEPAT (EKA) dan armada Bumel (MIRA) dalam memilih karena orientasi segmen pasar yang sudah dibedakan.

Namun setelah MIRA hanya berorientasi ke kelas ekonomi, justru membuat PO ini mengalami mengalami sedikit kemunduran, jumlah armada MIRA semakin berkurang. Sekitar tahun 2009 MIRA mulai bangkit dari keterpurukan dengan menjual seluruh armada lama non ATB dan mendatangkan sekitar 100 armada baru ber AC (ATB), menggunakan sasis hino AK8 dengan tenaga 215ps.

Persaingan jalur Surabaya – Madiun – Solo – Jogja kelas ekonomi pun kembali ramai. Banyak PO lain seperti Sumber Kencono dan AKAS yang ikut mendatangkan armada ATB agar bisa bertahan, termasuk di rute/jalur lain. Konsumen pun semakin diuntungkan dengan hal ini karena semakin dimanjakan dengan banyaknya armada baru yang melayani trayek tersebut.

Pada tahun 2011, PO. Sumber Kencono mendapat musibah kelam. Sumber Kencono sering mengalami kecelakaan hingga stigma negatif pun menyebar dan masyarakat mulai enggan menggunakan Sumber Kencono karena dianggap terlalu ugal-ugalan, bahkan ada yang sempat menyindir hingga diplesetkan dari Sumber Kencono menjadi Sumber Bencono (Sumber Bencana). Hal itu mengingatkan pada kejadian bus PO. Flores 30 tahun yang lalu yang ditabrak oleh kereta api di perlintasan rel Purwosari.

Kecelakaan lainnya terjadi di Mojokerto hingga menewaskan 20 orang dan di Ngawi yang merenggut nyawa pengendara motor hingga bus dibakar massa. Warga sudah muak melihat perilaku pengemudi bus yang dianggap meremehkan nyawa manusia dan tidak menghormati pengguna jalan lainnya. Gubernur Jawa Timur pun menyoroti hal itu dan mengirim rekomendasi mencabut izin trayek. Akhirnya Sumber Kencono dikenakan sanksi pengurangan armada sebanyak 40% dalam seminggu.

Sang pemilik yang disebut lulusan teknik mesin dari Jerman ini menyadari bahwa ada kesalahan manajemen perusahaannya. Ia memutuskan untuk merombak manajemen perusahaan dan meregenerasi Sumber Kencono yang dinilai memiliki stigma-stigma negatif di masyarakat.

Merayakan 30 tahun PO. Sumber Kencono berdiri, lahirlah manajemen Sumber Group dengan meluncurkan PO Sumber Selamat. Pemberian nama "Sumber Selamat" diharapkan bisa membawa nasib baik serta keselamatan, namun masih ada saja driver yang ngeyel dan ugal-ugalan. Sumber Selamat masih sering mengalami kecelakaan, namun tidak sesering PO Sumber Kencono dulu. Geram dengan kelakuan para krunya yang bisa merusak nama baik perusahaan, akhirnya dikeluarkan aturan tegas. SP3 langsung untuk para driver yang masih 'gila' dalam membawa bus.

Setahun kemudian manajemen Sumber Group meluncurkan Sugeng Rahayu sebagai pendamping dari Sumber Selamat. Dalam bahasa Jawa, Sugeng Rahayu bermakna selamat, sejahtera, dan jauh dari musibah. Manajamen  juga kemudian meluncurkan Golden Star sebagai divisi bus Pariwisata dengan livery merah dan kuning.

Seluruh unit armada bus Sumber Group kemudian dilengkapi dengan GPS untuk memantau laju kecepatan bus, nomor pengaduan SMS dan call center untuk mengontrol agar tidak ada driver yang berani ugal-ugalan, serta alat pemadam kebakaran dan alat pemecah kaca untuk keadaan darurat.

Hasilnya, perlahan jumlah kecelakaan mulai berkurang dan kembali dipercaya oleh masyarakat. Target Zero Accident pun tercapai dan Sumber Group kini menjadi salah satu bus yang menerapkan safety maksimal bagi armada dan para penggunanya. Hingga kini, bus yang dihina tapi juga dicinta masih melaju perusahaan tersebut terus melakukan pengembangan.

Pada tahun 2015, Sugeng Rahayu meluncurkan armada kelas PATAS pertamanya di rute Surabaya-Yogyakarta yang bermesin belakang Hino RK8 tenaga 260ps. Hadirnya kelas PATAS bertujuan untuk memberikan kenyamanan ekstra bagi para penumpang, terlihat dari fasilitas yang ditawarkan lebih unggul daripada kelas AC Tarif Biasa. Sementara EKA meluncurkan armada baru bermesin Hino RN285 yang jauh lebih bertenaga.

Kelas CEPAT EKA dan Sugeng Rahayu kemudian dirubah menjadi kelas Eksekutif yang dilengkapi dengan Toilet, Bantal dan Smoking Room, sekaligus memperpanjang trayek-trayek AKAP ke tempat yang lebih jauh hingga bagian timur propinsi Jawa Barat. 

Sugeng Rahayu membuka rute ke Jember - Cilacap, Purwokerto via Purworejo - Kebumen dan Tasik - Bandung. Sementara EKA membuka rute baru ke Magelang, Wonosobo, Banjarnegara, Cilacap dan Purwokerto via Bobotsari.

Sekitar tahun 2020, manajemen EKA juga membuat terobosan baru dengan menambahkan rute ke Bandung via Sumedang. Sementara Sugeng Rahayu juga mengeluarkan armada Hino RN285, sekaligus membuka rute ke Indramayu dan Kuningan. Kedua rute baru tersebut melewati jalur Pantura seperti Pekalongan, Tegal, Brebes dan Cirebon.

Terbukti dengan banyaknya rute yang dilayani, peremajaan armada yang teratur dan tingginya disiplin manajemen membuat EKA-MIRA dan Sumber Group tetap bertahan di tengah pandemi COVID-19. Bahkan kini bakal lebih banyak nama-nama PO baru dan PO bus Pariwisata yang membuka rute antar propinsi ke Jawa Tengah dan Jawa Timur dari Jabodetabek seperti PO. Haryanto, Sudiro Tungga Jaya, Sinar Jaya, Harapan Jaya, Kramat Djati, KYM Trans, Gunung Harta, Rosalia Indah, Pandawa 87 dan masih banyak lagi.

Mulai tahun 2023 armada ATB Sugeng Rahayu bakal dihapus untuk memfokuskan diri pada armada CEPAT / Eksekutif, sedangkan armada eks ATB Sugeng Rahayu bakal digabungkan ke Sumber Selamat. Hal ini semakin mempermudah konsumen kedua PO ini untuk membedakan antara armada Eksekutif/CEPAT (EKA - Sugeng Rahayu) dan armada ATB (MIRA - Sumber Selamat) dalam memilih karena orientasi segmen pasar yang sudah dibedakan.

Itulah cerita lengkap dari PT. Eka Mira Prima Sentosa dan PT. Selamat Sugeng Rahayu. Semoga selamat sampai tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar